Senin, 18 Februari 2013

Kisah Mistis Nan Tragis 6 Ribu Tentara Jepang di Gua Biak

paketours.blogspot.com > informasi wisata > Kisah Mistis Nan Tragis 6 Ribu Tentara Jepang di Gua Biak

Kisah Mistis Nan Tragis 6 Ribu Tentara Jepang di Gua Biak - Kota Biak di Papua biasanya dijadikan lokasi transit traveler yang akan ke Raja Ampat. Namun sebaiknya, jangan sekadar transit, kota ini juga memiliki situs sejarah Perang Dunia II. Kisah mistis pun bersembunyi di sana.


Kota Biak di Kabupaten Biak Numfor, Papua memiliki situs sejarah Perang Dunia II. Kota ini memiliki 2 gua alami yang dulu dijadikan tempat perlindungan tentara Jepang, yaitu Gua Binsari dan Gua Jepang Lima Kamar.

Blar! Gua itu tiba-tiba dibom pasukan Sekutu pimpinan Jenderal Douglas MacArthur tahun 1944. Enam ribu tentara Jepang pun terkubur hidup-hidup. Pada hari Kamis, (14/2/2013), detikTravel pun sempat menjelajah di dalam gua ini.

Gua pertama yang kami datangi adalah Gua Binsari, benteng pertahanan tentara Jepang. Gua Binsari ini tembus hingga Gua Jepang Lima Kamar di tepi pantai yang menghadap di Samudera Pasifik. Menurut Mathelda (39), warga lokal yang menjaga Gua Binsari sejak tahun 1989, Binsari berarti perempuan tua.

"Dulu ada nenek-nenek di gua ini. Setelah Jepang datang, nenek itu menghilang entah ke mana. Makanya kenapa gua ini dinamakan Gua Binsari," kata Mathelda.

Ada setidaknya 3 ribu tentara Jepang yang terkubur hidup-hidup di gua alami ini. Mereka terkubur karena pasukan Jenderal McArthur menjatuhkan bom dan drum-drum bahan bakar. Nah, pada tahun akhir 1980-an, mulailah digali gua itu.

"Sampai tahun 2012 kemarin, sudah ada sekitar seribu tentara Jepang yang ditemukan tulang belulangnya. Ya kalau digali mungkin masih ada lagi," jelas Mathelda.

Tak heran, banyak kisah-kisah mistis yang mewarnai tempat itu. Mathelda menceritakan, dulu sebelum situs ini dibuka, setiap malam, warga mendengar suara derap tentara berbaris.

"Ada pengunjung yang kesurupan, bicaranya meracau. Ada juga yang pernah lihat tentara berpakaian putih-putih. Kalau sekarang tidak ada lagi. Biasanya yang dilihatin itu yang datang, bukan penduduk sini," imbuh Mathelda yang memiliki rumah di samping situs Gua Binsari ini.

Selain tulang belulang, ditemukan juga amunisi, senjata laras panjang, granat, topi dan baju tentara, hingga botol-botol minuman. Semua itu dipajang di halaman depan situs gua. Sedangkan tulang belulang ada yang disimpan di sebuah kotak besi berukuran 1,5 meter, ada pula yang sudah dipulangkan ke Jepang.

Di Gua Binsari, turis bisa melihat 2 lubang yang mirip sumur raksasa dengan diameter 10 meter dan kedalaman 20 meter. Gua itu dilingkari pagar kayu dan akar-akar pohon yang menjuntai.

Jalan terus ke dalam, wisatawan bisa melihat ruangan-ruangan di dalam gua itu. Mathelda mengatakan, ruangan-ruangan itu sengaja dibuat Jepang, untuk tempat perawatan dan istirahat.

Untuk masuk ke dalam gua, traveler harus melewati sekitar ratusan anak tangga. Namun tak perlu kuatir, kalau lelah berjalan, Anda bisa bersandar di pegangan kayu yang sudah dibuat Pemkab Biak Numfor. Namun karena kami berkunjung menjelang magrib, kami urung turun masuk ke dalam gua.

Selesai dari Gua Binsari, kami kemudian beranjak ke situs kedua, yaitu Monumen Perang Dunia II. Letaknya sekitar 2 km dari Gua Binsari.

Monumen Perang Dunia II berupa pelataran batu seluas 50 meter persegi yang dihias minimalis ala Jepang. Ada kubah dan kursi-kursi batu untuk pengunjung. Monumen ini dibangun keluarga tentara Jepang untuk mengenang keluarga mereka.

Monumen Perang Dunia II berada di Gua Jepang Lima Kamar. Gua ini juga tak luput dibom Sekutu yang mengubur 3.500 tentara Jepang hidup-hidup.

Penjaga monumen, Robert (50) dan putranya, Costan (17) juga membenarkan ada kisah-kisah mistis seperti yang diceritakan Mathelda.

"Dulu sebelum ada monumen ini, warga sering mendengar tentara Jepang berbaris kalau malam. Saya juga dengar sendiri waktu itu," kata Robert.

Nah, saat keluarga tentara Jepang datang, lanjut Robert, saat malam, ada suara-suara menangis meminta pertolongan. Suara itu meminta agar tulang-tulangnya yang terkubur di gua dipulangkan. Costan menambahkan, hingga kini, 3 tiang bendera yang dipasang di monumen itu suka bergerak-gerak sendiri bila malam.

Ada prasasti dari 3 bahasa, Jepang, Inggris dan Indonesia bertuliskan 'MONUMEN PERANG DUNIA KE II. MONUMEN UNTUK MENGINGATKAN UMAT MANUSIA TENTANG KEKEJAMAN PERANG DENGAN SEGALA AKIBATNYA AGAR TIDAK TERULANG LAGI'. Dalam prasasti juga disebutkan, monumen itu dibangun berdasarkan kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang pada 24 Maret 1996.

Di bawah monumen ada ruangan berupa lorong sepanjang 10 meter. Di sana terdapat kaleng-kaleng besi setinggi 50 cm, yang di dalamnya masih ada serpihan tulang belulang tentara Jepang. Di depannya banyak terdapat memorabilia berupa foto-foto, papan nama kayu, dupa hingga benda-benda peninggalan mendiang tentara yang diletakkan keluarga tentara Jepan itu.

Ya, hingga kini, keluarga tentara Jepang suka berkunjung ke sini. Pengunjung ini termasuk para ahli forensik yang masih menggali tulang belulang yang masih terkubur. Tak lupa, keluarga mereka juga meminta maaf pada penduduk Biak.

"Dulu tentara Jepang juga jahat sama orang sini. Setiap lihat orang sini, orang kita ditembaki. Keluarga tentara Jepang datang ke sini, meminta maaf sama kita dan menabur kapur sebagai tanda bahwa perbuatan itu tidak akan terulang kembali," kata Costan dan ayahnya yang berumah di samping monumen itu.







sumber :
http://travel.detik.com/read/2013/02/18/144905/2172953/1383/kisah-mistis-nan-tragis-6-ribu-tentara-jepang-di-gua-biak?vb22031381

Paket Tour Tanah Datar

paketours.blogspot.com > pariwisata > indonesia > sumatera barat > Tanah Datar

Tanah Datar - Selamat datang di " paketours.blogspot.com" ini merupakan blog informasi pariwisata di daerah ini. Anda ingin berwisata, mengadakan tour atau berlibur ke Tanah Datar? baca dan telusuri tempat-tempat objek daya tarik wisata di daerah ini! 

Sekilas saya akan beritahukan tentang berwisata!

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Anda ingin mencoba berkunjung ke daerah ini? hubungi travel agent atau jasa perjalanan untuk membantu anda dalam perjalanan ke daerah ini. Berikut sekilas tentang daerah ini :

Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten yang berada dalam Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dengan ibu kota Batusangkar 0°27′12″S 100°35′38″E. Kabupaten ini merupakan kabupaten terkecil untuk luas wilayahnya, yaitu 133.600 Ha (1.336 km2), dengan jumlah penduduknya berdasarkan sensus pada tahun 2006 adalah 345.383 jiwa yang terbagi atas 14 kecamatan, 75 nagari, dan 395 jorong. Kabupaten Tanah Datar merupakan daerah agraris, lebih 70% penduduknya bekerja pada sektor pertanian, baik pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, maupun peternakan. Kabupaten Tanah Datar merupakan Tujuh Kabupaten Terbaik di Indonesia dari 400 kabupaten yang ada. Penghargaan ini diberikan pada tahun 2003 oleh Lembaga International Partnership dan Kedutaan Inggris. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menobatkan Kabupaten Tanah Datar sebagai satu dari empat daerah paling berprestasi dan berhasil melaksanakan otonomi daerah. Luhak Nan Tuo, nama lain dari Kabupaten Tanah Datar, saat ini di Kabupaten Tanah Datar masih banyak terdapat peninggalan sejarah seperti prasasti atau batu bersurat terutama peninggalan zaman Adityawarman

Sektor usaha pariwisata 
Luhak Nan Tuo, nama lain dari Kabupaten Tanah Datar. Masyarakat Minangkabau meyakini bahwa asal usul orang Minangkabau dari Kabupaten Tanah Datar, tepatnya dari Dusun Tuo Pariangan, Kecamatan Pariangan. Banyak bukti yang masih terdapat di Kabupaten Tanah Datar ini seperti Sawah Satampang Baniah, Lurah Nan Indak Barangin, Galundi Nan Baselo, dan Kuburan Panjang Datuk Tantejo Gurhano yang dikenal sebagai arsitek rumah gadang. Kemudian dari Luhak Tanah Datar inilah kemudian orang Minangkabau berkembang dan berpindah ke daerah lain seperti Luhak 50 kota dan Luhak Agam. Di Kabupaten Tanah Datar saat ini masih banyak terdapat peninggalan sejarah adat Minangkabau tersebut, baik berupa benda maupun tatanan budaya adat Minangkabau. Ikrar “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” ini disebut juga dengan Sumpah Satie yang juga di Tanah Datar dilahirkan, yaitu tempatnya di Bukit Marapalam Puncak Pato, Kecamatan Lintau Buo Utara. Kabupaten Tanah Datar sebagai tempat asal mula suku Minangkabau banyak sekali memiliki tempat sejarah. Industri wisata di Kabupaten Tanah Datar ini sangat potensial untuk dikembangkan. Tempat wisata sejarah yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar ini antara lain Istana Pagaruyung, Balairuang Sari, Puncak Pato, Prasasti Adityawarman, Batu Angkek-angkek, Rumah Gadang Balimbing, Kincir Air, Batu Basurek, Nagari Tuo Pariangan, Fort van der Capellen, Batu Batikam, dan Ustano Rajo. Sedangkan untuk wisata alam dan budaya di Kabupaten Tanah Datar adalah Lembah Anai, Panorama Tabek Pateh, Danau Singkarak Bukit Batu Patah, dan Ngalau Pangian.

( wikipedia )